In Memoriam 2 Tahun (Papa Tercinta)


http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/06/26/in-memoriam-2-tahun-papa-tercinta-568441.html

http://arioneuodia.blogspot.com/2013/06/in-memoriam-2-tahun-papa-tercinta_26.html

St. Jasarmen Saragih Garingging

St. Jasarmen Saragih Garingging

02.35 WIB 26 Juni 2011; waktu yang masih melekat di kepala ini, waktu yang masih sering membayang-bayangi pandangan, waktu yang masih sering memaksa ingatan untuk kembali mengingatnya, waktu yang sering menjadikan hidup terasa kurang mengalami kebahagiaan, waktu yang sering membuat kegelisahan, waktu yang sering membuat buta dalam pikiran dan naluri, serta waktu yang menyadarkan bahwa ternyata dia (Papa) sudah tidak di dunia ini lagi.

Ketika mengingat waktu ini, muncul kembali bayang-bayang yang telah berlalu dan yang telah terkubur lama. Suasana seperti banyak hal yang telah hilang dan tidak akan muncul kembali, harapan-harapan seperti telah ditelan waktu, dan semangat seperti telah habis didalam kegelapan. Bayangan-bayangan muncul seperti menghantui pikiran dan menjauhkan suasana dari sebenarnya. Kenyataan seperti mimpi yang tak berarti dan tak memberikan arah.

Rasa rindu ini selalu ada dan tidak akan pernah padam walau sedetik pun. Segala usaha dan jalan telah dilalui untuk melupakan sejenak dan mengalihkan pikiran dari kenyataan yang telah berlalu, namun justru kadang memperparah dan mempersulit keadaan. Sebaliknya yang terjadi hal yang tidak diinginkan sebelumnya.

Jarak dan waktu telah memisahkan roh yang ingin selalu dalam hubungan seperti tidak terjadi apa-apa. Roh menginginkan hubungan itu tetap terasa sampai kapan pun, namun itu hanyalah sebuah mimpi yang tidak akan pernah terjadi sampai kapan pun. Terkadang kenyataan yang seperti ini sangat sulit untuk diterima sehingga membuat pikiran semakin dipaksa untuk mengenang segalanya, akhirnya menghasilkan sesuatu yang buruk yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

2 tahun lamanya engkau (papa) meninggalkan keluarga ini, 2 tahaun lamanya membiarkan kenyataan ini kami hadapi, 2 tahun lamanya tidak pernah ikut ambil bagian dalam hal apa pun yang kami lakukan, 2 tahun lamanya wajah itu tidak pernah tampak di pandangan ini, 2 tahun lamanya pelukan hangat tidak dirasakan, 2 tahun lamanya suara itu tidak pernah menggetarkan gendang telinga, 2 tahun lamanya jabatan tangan itu tidak dirasakan, 2 tahun lamanya senyuman itu tidak terlihat, 2 tahun lamanya nyanyian pagi itu tidak pernah menghibur dan memberikan semangat, 2 tahun lamanya nasihat-nasihat itu tidak terdengar, 2 tahun lamanya tawa dan canda tidak menghibur suasana, 2 tahun lamanya hentakan kaki tidak terdengar, 2 tahun lamanya tidak melihat keriput muka, 2 tahun lamanya tidak melihat penampilan menarik yang selalu rapi dalam berpakaian, 2 tahun lamanya tidak melihat membaca dengan menggunakan kaca mata tua, 2 tahun lamanya tidak melihat gaya dalam penampilan, semuanya hanya dalam kenangan yang telah tertabung dalam pikiran.

Sangat bangga mempunyai papa, guru, pemimpin sepertimu. Memang tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa secepat ini semuanya hilang dan tinggal kenangan, tapi harus tetap disadari bahwa ini adalah nyata dan telah terjadi selama 2 tahun lamanya.

Melihat wajahmu kembali adalah kerinduan selama 2 tahun ini walaupun hanya dalam mimpi dan walaupun hanya sekejap, itu sangat berarti dan bisa mengobati kerinduan yang telah menumpuk. Ingin menjamah wajahmu dan melihat senyummu kembali untuk menghiasi hari-hari, tapi tidak kunjung datang harapan itu, hanya dalam sebuah bayangan sekejap dengan pejaman mata.

Papa, kuingin menjadi sepertimu yang menjadi teladan bagi orang disekitarmu, kuingin mengikuti jejak langkahmu dan melebihinya, kuingin menjadi pemimpin sepertimu, kuingin selalu bersuka dan selalu sabar/tabah dalam menghadapi segala perkara dalam hidup, kuingin menjadi orang terkuat ketika orang-orang mulai membenci dan menjelekkanku, kuingin menjadi panutan bagi keluargaklu nantinya, kuingin memiliki apa yang kamu miliki.

Jalan memang masih panjang yang harus kulalui, tetapi dengan datangnya bayang-bayang itu akan mempermudah dalam melaluinya. Harapanmu, harapanku, dan harapan keluarga kita sudah ada ditangan kami keluarga yang kau tinggalkan. Suka cita telah muncul kembali dalam keluarga kita, kebahagiaan semakin terasa walaupun banyak perkara yang kami hadapi karena bayangan itu mengingatkan dan mengharuskan kami untuk mewujudkan harapan kita.

Salam rindu Pa dari anakmu yang paling kecil ini, kedewasaan semoga semakin tumbuh dalam diriku dan harapan kita yang ditanganku semoga bisa kubawa dalam sebuah kesempurnaan. Senang rasanya engkau bersama Bapa di surga, tetapi sedih ketika harus melalui ini tanpa dirimu. Semoga Tuhan lebih memberkati lagi keluarga kecil yang kau tinggalkan dulu dan sekarang sudah mulai besar.

We Love You Papa. We Need You Every Time and You Always In Our Heart Because We Really Miss You.

Petani Juga Manusia


http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/10/17/petani-juga-manusia-496310.html

Permasalahan dalam lingkup petani sering terjadi di Negara ini. Mulai dari permasalahan mengenai lahan, hasil panen, bahan produksi serta alat-alat  produksi pertanian. Sebenarnya petani itu dimata pemerintah sebatas apa? Kenapa sampai saat ini permasalahan dalam kehidupan para petani tak kunjung selesai melainkan semakin bertambah? Dimana sebenarnya peran pemerintah yang seharusnya sebagai pelindung dan yang menjadikan masyarakat itu sejahtera, apakah peran pemerintah itu sudah diputarbalikkan dengan yang seharusnya tanggung jawab mereka demi kesejahteraan pribadi?

Apa sebenarnya salah dari para kaum tani kepada Negara ini? Mereka sudah bekerja keras demi mencukupi kebutuhan pangan seluruh masyarakat Indonesia. Dimana hati pemerintah melihat kondisi para petani Indonesia saat ini yang semakin lama semakin mengenaskan? Apakah mereka tidak merasakan kerja keras para petani dengan memakan nasi setiap hari atau apakah mereka menutup mata hati mereka atas apa yang dialami para petani? Tidakkah mereka sadar tanpa petani, mereka tidak akan bisa bertahan hidup sampai sekarang ini?

Seperti yang terjadi pada para petani di berbagai daerah. Fakta yang dihadapi para kaum tani dalam penyelesaian kesejahteraan rakyat sangat tidak berpihak pada kepentingan mereka. Hal ini dapat terlihat dengan tidak tercapainya Reforma Agraria. Justru para petani sekarang ini dihadapkan pada berbgai konflik yang sangat besar yang berhubungan dengan kehidupan dan masa depan anak-anak mereka.

Para petani menghadapi konflik dan intimidasi dari berbgai perusahaan mengenai lahan pertanian yang sedang mereka garap, ditambah lagi dengan adanya pungutan-pungutan liar yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku bagi kaum tani.

Konflik dan intimidasi ini membuat kaum tani akan kehilangan pekerjaan mereka sendiri yang telah berjasa memenuhi pangan Indonesia. Jika hal ini akan terus berlanjut, maka jumlah kemiskinan akan bertambah di Indonesia, yang mana kemiskinan itu seharusnya dikurangi dan dikendalikan.

Betapa sungguh kejamnya jika dalam kesulitan hidup, masyarakat masih dihadapkan pada aksi oknum-oknum yang memeras rakyat atas nama pemenuhan administrasi kependudukan. Beban kehidupan mereka yang begitu berat ditambahi dengan aksi yang jauh bertentangan dengan pancasila.

Apakah petani itu dianggap bodoh sehingga aksi-aksi ini sering kali terjadi di kehidupan kaum tani khususnya desa-desa yang jauh dari kota? Atau apakah memang petani itu layak atau pantas dijadikan tumbal bagi oknum-oknum terkait yang hanya bertujuan untuk memuaskan nafsu materi mereka?

Saat ini rakyat miskin khususnya kaum tani merupakan kaum yang merasakan betul ketertindasan oleh rezim komprador pemerintahan. Fakta yang terjadi pada kaum tani bahwa tenaga kerja mereka hancur dan tidak berdaya guna atau sama sekali sia-sia, karena tidak dipenuhinya Reforma Agraria yang sebenarnya sejak tahun 1960  bangsa Indonesia sudah mempunyai “modal awal” bagi suatu agenda pembaruan agraria, yaitu UU No.5 tahun 1960 tentang “Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria”, atau secara popular dikenal sebagai UUPA-1960 dan Undang-Undang Perjanjian Bagi Hasil (UUPBH) yaitu UU No.2 tahun 1960.

Undang-undang Reforma Agraria ini sebenarnya menjadi alat produksi utama bagi kaum tani. Jalan keluar bagi penyelesaian persoalan yang kerap sering terjadi pada kaum tani dan rakyat miskin adalah diwujudkannya Reforma Agraria. Tanah, modal, dan teknologi untuk petani penggarap seharusnya dibawah kontrol organisasi rakyat sejati hingga dipenuhinya kebutuhan warga negara atas administrasi kependudukan. Tetapi kenyataan yang sebenarnya kaum tani dipersulit dalam penggunaan lahan pertaniana, modal dan teknologi pertanian yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kehidupan mereka.

Bukankah biadab jika pemerintah masih membiarkan rakyatnya sendiri tidak berdaya dan putus asa terhadap masalah kesejahteraan dan kemelaratan yang menjadi jerat dan jerit tiap harinya bahkan mereka dijerat pula dengan beban administrasi kependudukan yang memberatkan.

Sadarkah pemerintah jika sebutir nasi yang mereka konsumsi tiap hari adalah jerih payah dan kerja keras kaum tani yang selama ini mereka tidak pedulikan justru mempersulit kehidupan para kaum tani.

Kaum tani juga manusia yang butuh perlindungan dan pertolongan dari pemerintah bukan sebaliknya yang mempersulit kehidupan mereka. Petani juga ingin bahagia dan sejahtera, mereka mempunyai Hak sebagai warga Negara Indonesia. Indonesia sudah dinyatakan merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945,tapi apakah ini yang dinyatakan merdeka?

Mereka mempunyai pemerintah sendiri tetapi mereka masih tertindas dibawah pemerintahan itu. Mereka tidak dipedulikan, mereka dianggap seperti pembantu di Negara ini. Dimana kesadaran pemerintah dengan hal ini, apakah pemerintah masih berkeras hati untuk tetap menutup mata mereka atas masalah yang dihadapi rakyat miskin khususnya kaum tani? Apakah pemerintah ingin melihat lebih puas lagi bagaimana penderitaan para petani saat ini?

Perjuangan para petani untuk tetap menyediakan bahan pangan bagi negara ini ternyata tidak dipandang bagus oleh pemerintah. Pemerintah seolah-oleh menyia-nyiakan usaha dan kerja para petani dan mereka dipandang hanya sebelah mata.

Saatnya sekarang Indonesia untuk berbenah diri dan melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan dan ketertindasan yang sering terjadi. Penjajahan terhadap rakyat kecil dan kaum tani harus dibinasakan, karena mereka juga  butuh penghidupan yang layak ditanah airnya sendiri. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, pemerintah akan semakin merajalela untuk tetap tidak memperdulikan rakyat kecil. Mereka akan tetap tertindas dan tidak merasakan kemerdekaan yang sebenarnya.